Jumat, 12 Desember 2014

Analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KONSEP DASAR KTSP
Dalam standar nasional pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidkkan dengan memperhatikan dan beradasarkan stndar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh beda standar nasional pendidikan (BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan beradasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.
  1. Pengembangan kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
  2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pandidikan, potensi daerah, dan peserta didik
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas pendidikan kebupaten/kota, dan depertemen agama yang bertanggungjawab dibidang pendidkan.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mangacu pada standar nasional pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan perubahan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sember dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang peling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efesiensi, dan pemarataan pendidiakan. KTSP merupakan salah wujud revormasi pendidikan yang memebrikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembagan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meingkatakan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kolompok-kelompok terkait, dan meningkatakn pemahaman masyarakat terhadap, khususnya kurikulum. Pada system KTSP, sekolah memiliki “full autority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi dan misi dan tujuan satuan pandidikan. Untuk mewujudkan visi dan misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indicator kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioriotas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta memeprtanggungjawabkannya kepala masyarakat dan pemerintah.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempbat, komisi pendidikan pada dewan peerwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu merumuskan dan memetapkan visi dan misi dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah
Karakteristik KTSP
KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan peserta didik datang dari berbagai latar belakang kesukuan dan tingkat sosial, salah satu perhatian sekolah harus ditunjukan pada asas pemerataan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Disisi lain, sekolah juga harus meningkatkan efisiensi, partisipasi, dan mutu, serta bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah.
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profosionalsme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteritik KTSP sebagai berikut: pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarkat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokaratis dan froposional, serta team-kerja yang kompak dan transparan.


Tujuan KTSP
Tujuan KTSP dibagi menjadi dua, umum dan khusus.
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara patisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
  1. Meningkatakn mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan suberdaya yang tersedia.
  2. Meningkatakn kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
  3. Meningkatkan kompterisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Memahami tujuan diatas, KTSP dipandang sebagai suatu pola pendikatan baru dalam pengebangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu diterapkan dengan tujuh hal sebagai berikut:
  1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemhan, peluang, dan ancaman bagai dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan suberdaya yang tersedia untuk memajukan lebaganya.
  2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tungkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
  3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang peling tahu apa yang terbaik bagai sekolahnya.
  4. Keterblibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.
  5. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemrintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umunya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.
  6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
  7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.
Landasan KTSP
  1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
    ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah pasal 1 ayat (19); pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 32 ayat (1), (2), (3); pasal 35 ayat (2); pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 37 ayat (1), (2), (3); pasal 38 ayat (1), (2).
  2. Perarturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 yahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan
ketentuan dalam PP 19/2005 yang mangatur KTSP, adalah pasal 1 ayat (5), (13), (!4), (15); pasal 5 ayat (1), (2); pasal 6 ayat (6); pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); pasal 8 ayat (1), (2), (3); pasal 10 ayat (1), (2), (3); pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 14 ayat (1), (2), (3); PASAL 16 AYAT (1), (2), (3), (4), (5); PASAL 17 AYAT (1), (2); pasal 18 ayat (1), (2), (3); pasal 20
Pengembangan KTSP
kurikulum tingkat satuan pendidikan dilandasi oleh Undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.
Dalam Undang-undang sisdiknas dikemukakan bahwa standar nasional pendidikan (SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. SNP digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.
Kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruna tinggi yang bersangkutan yang mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang standar nasioanl pendidikan (NSP), NSP merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL), dan standar ini. SKL adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.akademik.
Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan depertemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
Peraturan Mentari Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006
Peraturan menteri pendidikan nasional No. 22 Tahun 2006 mengatur tentang standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanl No. 23 Tahun 2006
Peraturan menteri pendidikan nasional No. 23 Tahun 2006 mengatur standar kompetensi lulusan untuk satuan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar kompetensi lulusan meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kolompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran, yang akan bermuara pada kompetensi dasar.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2006
Peraturan menteri pendidikan nasional No. 24 Tahun 2006 mengatur tentang pelaksanaan SKL dan standar isi. Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pdndidikan yang bersangkutan, dalam permendiknas tersebut dikemukakan pula bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan, dengan memeprhatikan panduan penyusunan KTSP pada satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun badan standar nasional pendidikan (BSNP).
Bagaimana KTSP Disusun dan Dikembangkan
  1. KTSP Di Susun Oleh Sekolah Dan Komite Sekolah
KTSP adalah kurikulum sekolah, maka yang menyusun adalah sekolah, agar KTSP lebih terbuka dengan kebutuhan, pengguna, situasi siswa maka komite sekolah dilibatkan, minimal dalam meilihat draf-draf akhir KTSP yang di susun

  1. Merujuk Pada Standar Isi Yang Kompetensi Lulusan Dan BSNP
KTSP yang disusun perlu merujuk pada standar isi dan standar kelulusan yang dikeluarkan oleh keputusan menteri pendidikan (permen 22 ,23 dan 24 Tahun 2006), ke dua standar diatas dibuat oleh BSNP. Oleh karena itu, dari pusat lebih hanya ditentukan stadar isi dan standar kelulusan. Maka cukup jelas bahwa sekolah sekarang lebih bebas dalam menyusun kurikulum sendiri yang disesuaiakan dengan keadaan sekolah, kebutuhan dan juga keunggulan dan lebih sesuai dengan visi dan misinya. Sekolah juga dapat memasukkan nilai-nilai yang menjadi keunggulan sekolah itu sehimngga dapat menarik para calon siswa dan orang tua. Sebaliknya, sekolah yang belum maju, minimal memakai mereka kurikulum dengan standar isi dan kelulusan yang digariskan oleh dipdiknas.
  1. Prinsip Pengembangan (permen 22, 2006)
Prinsip-prinsip dalam menyusun KTSP anatara lain:
  1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
    Posisi peserta didik adalah senteral dalam pendidikan, peserta didik adalah subjek pendidikan yang harus mengembangkan kompetensinuya.
Perkembangan kompetensi perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
  1. Beragam dan terpadu
Keragaman karakteritik peserta didik, kondisi daerah dan jenjang serta jenis pendidikan diperhatikan tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
  1. Tanggap terhadap ilmu pengetahuanm teknologi dan seni
Isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni
  1. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Perlu melibatkan pemangku kepentingan untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan termasuk didalamnya khidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
Maka perlu pengembangan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik dan keterampilan vokasional.
  1. Penyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup kesuluruhan dimensi kompetensi bidang kejian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
  1. Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang dberlangsung sepanjang hayat
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah perkembangan manusia seutuhnya.


  1. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Kepentingan nasional dan keperntingan daerah harus seling mengisi dan memberdayakan.
  1. Unsur-Unsur Penting Yang Harus Diperhatikan Dalam Penyusunan KTSP Anatara Lain:
    1. Memperhatikan keadaan siswa
    2. Kurikulum dapat beragam
    3. Kurikulum juga disusun terpadu
    4. Kurikulum disusun menyeluruh dan berkesinambungan
    5. KTSP memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
    6. Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan hidup
    7. Memperhatikan kepentingan nasional dan daerah
5. Acuan Operasional Penyusunan KTSP
  1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
  2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
  3. Keragaman potensi dan karekteristik daerah dan lingkungan
  4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
  5. Tuntutan dunia kerja
  6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
  7. Agama
  8. Dinamika perkembangan global
  9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
  10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
  11. Kesetaraan jender
  12. Karakteristik
Kelemahan KTSP
Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia di samping memiliki kelebihan-kelebihan juga memiliki kelemahan-kelamahannya. Sebagai konsekuansi logis dari penerapan KTSP ini setidak-tidaknya menurut penulis terdapat beberapa kelemahan-kelamahan dalam KTSP maupun penerapannya, di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih minimnya kualitas guru dan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas maupun di depan kelas. Selain disebabkan oleh rendahnya kualifikasi, juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru.
  1. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP
Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif merupakan salah satu syarat yang paling urgen bagi pelaksanaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan menunjukkan masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP.
  1. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan
Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh. Jika tahapan sosialisasi tidak dapat tercapai secara menyeluruh, maka pemberlakuan KTSP secara nasional yang targetnya hendak dicapai paling lambat tahun 2009 tidak memungkinkan untuk dapat dicapai.
  1. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurang pendapatan para guru.
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan menambah persoalan di dunia pendidikan. Selain menghadapi ketidaksiapan sekolah berganti kurikulum, KTSP juga mengancam pendapatan para guru. Sebagaimana diketahui rekomendasi BSNP terkait pemberlakuan KTSP tersebut berimplikasi pada pengurangan jumlah jam mengajar. Hal ini berdampak pada berkurangnya jumlah jam mengajar para guru. Akibatnya, guru terancam tidak memperoleh tunjangan profesi dan fungsional.
Untuk memperoleh tunjangan profesi dan fungsional semua guru harus mengajar 24 jam, jika jamnya dikurangi maka tidak akan bisa memperoleh tunjangan. Sebagai contoh, pelajaran Sosiologi untuk kelas 1 SMA atau kelas 10 mendapat dua jam pelajaran di KTSP maupun kurikulum sebelumnya. Sedangkan di kelas 2 SMA atau kelas 11 IPS, Sosiologi diajarkan selama lima jam pelajaran di kurikulum lama. Namun di KTSP Sosiologi hanya mendapat jatah tiga jam pelajaran. Hal yang sama terjadi di kelas 3 IPS. Pada kurikulum lama, pelajaran Sosiologi diajarkan untuk empat jam pelajaran tapi pada KTSP menjadi tiga jam pelajaran. Sementara itu masih banyak guru yang belum mengetahui tentang ketentuan baru kurikulum ini. Jika KTSP telah benar-benar diberlakukan, para guru sulit memenuhi ketentuan 24 jam mengajar agar bisa memperoleh tunjangan.
Beberapa faktor kelemahan di atas harus menjadi perhatian bagi pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak hanya akan menambah daftar persoalan-persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita. Jika tidak, maka pemberlakuan KTSP hanya akan menambah daftar makin carut-marutnya pendidikan di Indonesia.


Kelebihan KTSP
Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki kelebihan-kelebihan masing-masing bergantung kepada situasi dan kondisi saat di mana kurikulum tersebut diberlakukan. Menurut hemat penulis KTSP yang direncanakan dapat diberlakukan secara menyeluruh di semua sekolah-sekolah di Indonesia pada tahun 2009 itu juga memiliki beberapa kelebihan jika dibanding dengan kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 2004 atau KBK. Kelebihan-kelebihan KTSP Antara lain:
  1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
    Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Dengan adanya penyeragaman ini, sekolah di kota sama dengan sekolah di daerah pinggiran maupun di daerah pedesaan. Penyeragaman kurikulum ini juga berimplikasi pada beberapa kenyataan bahwa sekolah di daerah pertanian sama dengan sekolah yang daerah pesisir pantai, sekolah di daerah industri sama dengan di wilayah pariwisata. Oleh karenanya, kurikulum tersebut menjadi kurang operasional, sehingga tidak memberikan kompetensi yang cukup bagi peserta didik untuk mengembangkan diri dan keunggulankhas yang ada di daerahnya. Sebagai implikasi dari penyeragaman ini akibatnya para lulusan tidak memiliki daya kompetitif di dunia kerja dan berimplikasi pula terhadap meningkatnya angka pengangguran. Untuk itulah kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap mutu dunia pendidikan di Indonesia.
    Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan sekolah. Sebagai sesuatu yang baru, sekolah mungkin mengalami kesulitan dalam penyusunan KTSP. Oleh karena itu, jika diperlukan, sekolah dapat berkonsultasi baik secara vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal, sekolah dapat berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten atau Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi, dan Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan secara horizontal, sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan dalam merumuskan KTSP. Misalnya, dunia industri, kerajinan, pariwisata, petani, nelayan, organisasi profesi, dan sebagainya agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-benar mampu menjawab kebutuhan di daerah di mana sekolah tersebut berada.
  2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
    Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Sekolah bisa mengembangkan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan.
    Sebagaimana diketahui, prinsip pengembangan KTSP adalah (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) Beragam dan terpadu; (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) Menyeluruh dan berkesinambungan; (6) Belajar sepanjang hayat; (7) Dan seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Berdasarkan prinsip-prinsip ini, KTSP sangat relevan dengan konsep desentralisasi pendidikan sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) yang mencakup otonomi sekolah di dalamnya. Pemerintah daerah dapat lebih leluasa berimprovisasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di samping itu, sekolah bersama komite sekolah diberi otonomi menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
  3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
    Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sekolah diwajibkan menyusun kurikulumnya sendiri. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu memungkinkan sekolah menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh misalnya, sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat lebih memfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang kepariwisataan lainnya.
Sekolah-sekolah tersebut tidak hanya menjadikan materi bahasa Inggris dan kepariwisataan sebagai mata pelajaran saja, tetapi lebih dari itu menjadikan mata pelajaran tersebut sebagai sebuah ketrampilan. Sehingga kelak jika peserta didik di lingkungan ini telah menyelesaikan studinya bila mereka tidak berkeinginan untuk melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi mereka dapat langsung bekerja menerapkan ilmu dan ketrampilan yang telah diperoleh di bangku sekolah.
KTSP ini sesungguhnya lebih mudah, karena guru diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensi siswanya sesuai dengan lingkungan dan kultur daerahnya. KTSP juga tidak mengatur secara rinci kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, tetapi guru dan sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkannya sendiri sesuai dengan kondisi murid dan daerahnya. Di samping itu yang harus digarisbawahi adalah bahwa yang akan dikeluarkan oleh BNSP tersebut bukanlah kurikulum tetapi tepatnya Pedoman Penyusunan Kurikulum 2006.
  1. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih20%.
    Dengan diberlakukannya KTSP itu nantinya akan dapat mengurangi beban belajar sebanyak 20% karena KTSP tersebut lebih sederhana. Di samping jam pelajaran akan dikurangi antara 100-200 jam per tahun, bahan ajar yang dianggap memberatkan siswa pun akan dikurangi. Meskipun terdapat pengurangan jam pelajaran dan bahan ajar, KTSP tetap memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi siswa.
    Pengurangan jam belajar siswa tersebut merupakan rekomendasi dari BNSP. Rekomendasi ini dapat dikatakan cukup unik, karena selama bertahun-tahun beban belajar siswa tidak mengalami perubahan, dan biasanya yang berubah adalah metode pengajaran dan buku pelajaran semata. Jam pelajaran yang biasa diterapkan kepada siswa sebelunya berkisar antara 1.000-1.200 jam pelajaran dalam setahun. Jika biasanya satu jam pelajaran untuk siswa SD, SMP dan SMA adalah 45 menit, maka rekomendasi BNSP ini mengusulkan pengurangan untuk SD menjadi 35 menit setiap jm pelajaran, untuk SMP menjadi 40 menit, dan untuk SMA tidak berubah, yakni tetap 45 menit setiap jam pelajaran. Total 1.000 jam pelajaran dalam satu tahun ini dengan asumsi setahun terdapat 36-40 minggu efektif kegiatan belajar mengajar.dan dalam seminggu tersebut meliputi 36-38 jam pelajaran.
Alasan diadakannya pengurangan jam pelajaran ini karena menurut pakar-pakar pendidikan anak bahwa jam pelajaran di sekolah-sekolah selama ini terlalu banyak. Apalagi kegiatan belajar mengajar masih banyak yang terpaku pada kegiatan tatap muka di kelas. Sehingga suasana yang tercipta pun menjadi terkesan sangat formal. Dampak yang mungkin tidak terlalu disadari adalah siswa terlalu terbebani dengan jam pelajaran tersebut. Akibat lebih jauh lagi adalah mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Persoalan ini lebih dirasakan untuk siswa SD dan SMP. Dalam usia yang masih anak-anak, mereka membutuhkan waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan kepribadiannya. Suasana formal yang diciptakan sekolah, ditambah lagi standar jam pelajaran yang relatif lama, tentu akan memberikan dampak tersendiri pada psikologis anak. Banyak pakar yang menilai sekolah selama ini telah merampas hak anak untuk mengembangkan kepribadian secara alami.
Inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa jam pelajaran untuk siswa perlu dikurangi. Meski demikian, perngurangan itu tidak dilakukan secara ekstrim dengan memangkas sekian jam frekwensi siswa berhubungan dengan mata pelajaran di kelas. Melainkan memotong sedikit, atau menghilangkan titik kejenuhan siswa terhadap mata pelajaran dalam sehari akibat terlalu lama berkutat dengan pelajaran itu.
Dapat dikatakan bahwa perberlakuan KTSP ini sebagai upaya perbaikan secara kontinuitif. Sebagai contoh, kurikulum 1994 dapat dinilai sebagai kurikulum yang berat dalam penerapannya. Ketika diberlakukan Kurikulum 1994 banyak sekolah yang terlalu bersemangat ingin meningkatkan kompetensi iptek siswa, sehingga muatan iptek pun dibesarkan. Tetapi yang patut disayangkan adalah SDM yang tersedia belum siap, sehingga hasilnya hanya sekitar 30% siswa yang mampu menerapkan kurikulum tersebut.
  1. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Pola kurikulum baru (KTSP) akan memberi angin segar pada sekolah-sekolah yang menyebut dirinya nasional plus. Sekolah-sekolah swasta yang kini marak bermunculan itu sejak beberapa tahun terakhir telah mengembangkan variasi atas kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Sehingga ketika pemerintah kemudian justru mewajibkan adanya pengayaan dari masing-masing sekolah, sekolah-sekolah plus itu jelas akan menyambut gembira.
Kehadiran KTSP ini bisa jadi merupakan kabar baik bagi sekolah-sekolah plus. Sebagian sekolah-sekolah plus tersebut ada yang khawatir ditegur karena memakai bilingual atau memakai istilah kurikulum yang bermacam-macam seperti yang ada sekarang. Sekarang semua bentuk improvisasi dibebaskan asal tidak keluar panduan yang telah ditetapkan dalam KTSP.
Sebagai contoh, Sekolah High Scope Indonesia, sebelumnya sejak awal berdiri pada 1990 telah menggunakan kombinasi kurikulum Indonesia dengan Amerika Serikat (AS). Kendati mendapat lisensi dari AS, namun pihaknya tetap mematuhi kurikulum pemerintah. Caranya dengan mematuhi batas minimal, namun secara optimal memberikan penekanan pada aspek-aspek tertentu yang tidak diatur oleh kurikulum. Misalnya tetap memberikan materi Bahasa Indonesia, namun menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar utama.


Sumber rujukan:
http://7assalam9.wordpress.com/
http://pojokhermanto.blogspot.com
https://dirkameiokprina.wordpress.com/inovasi-pendidikan/analisis-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan-ktsp/

Jumat, 28 November 2014


Inspirasi Bunda Mendidik Anak

Cara Hadapi Anak Masuk Usia Remaja
Di usia 10-12 tahun, Anda akan melihat banyak perubahan besar pada anak dalam hal kemandirian, hanya saja, perubahan kali ini akan berbeda.
"Hormon remaja mulai ‘bereaksi’ dan memberi sinyal pada alam bawah sadarnya bahwa pasangan masa depannya akan ia temukan di luar rumah ?dalam kelompok sebayanya? dan bukan di ruang tamu di dalam rumahnya. Itu sebabnya, ia tidak lagi merasa perlu untuk memberitahu semua hal pada Anda seperti yang ia lakukan dulu saat kecil, ketika hidupnya masih amat bergantung pada Anda," kata Annie Fox, penulis serial Middle School Confidential.
Simak tip di bawah ini yang mungkin bisa Anda coba untuk membuat remaja Anda mau bicara:
1. Buat rutinitas Bicaralah pada anak Anda secara teratur (tentang apa pun). Dengan begitu, ia akan merasa selalu punya waktu untuk berkomunikasi dengan Anda.
Ciptakan rutinitas ngobrol di sore hari sambil mengajak anjing peliharaannya berjalan-jalan, atau setelah makan malam sambil nonton televisi. Menciptakan momen yang baik untuk bicara akan membuat komunikasi Anda berdua mengalir lancar karena tidak terkesan dipaksakan.
2. Lakukan di dalam mobil Anak-anak lebih mudah merespon saat ia berada di dalam mobil (dengan posisi Anda sedang menyetir!) karena mereka tidak harus berhadapan muka dengan Anda. Ambil kesempatan ini untuk mengajaknya bicara. Ajukan pertanyaan spesifik namun terbuka, seperti "Apa saja kejadian hari ini yang ingin kamu ceritakan pada mama?", atau "Kenapa, sih, kamu suka sekali pergi dengan Jeremy?"
Jika yang Anda dapatkan hanyalah tatapan kosong dari si remaja Anda, tunggulah sejenak. Jika diberi ruang untuk bernapas sejenak, ia biasanya akan mulai bicara.
3. Lakukan lewat permainan Bermain membuat anak merasa nyaman karena ia merasa fokus pembicaraan tidak tertuju padanya. Saat makan malam, misalnya, lakukan permainan atau kegiatan di mana setiap anggota keluarga harus mengatakan sesuatu yang baik (dan tidak baik, tentu saja!) yang terjadi hari itu.
Atau ide lainnya, tuliskan beberapa pertanyaan di kertas, seperti “Hal apa yang paling mengganggumu?” Minta anak Anda mengambil satu buah kertas, dan minta ia untuk menjawab pertanyaan yang tertulis di kertas tersebut.
4. Ajukan banyak pertanyaan Ini bukan sekedar pertanyaan sederhana atau basa-basi, tetapi untuk menunjukkan pada dirinya cara berkomunikasi dua arah yang baik. Anda juga tak perlu sungkan memintanya untuk bertanya tentang hal-hal yang terjadi pada diri Anda hari ini. Hal ini akan mengajarkannya empati dan membuatnya lebih dekat pada Anda, dan mungkin yang lainnya.
5. Tak mudah memberi saran Diskusi Anda dan si remaja akan segera berakhir ketika Anda mulai pada kalimat "Ketika mama seusiamu…" Nah, cobalah menahan diri untuk tidak memberikan saran kecuali jika ia memintanya. Ketika Anda tergoda untuk memberinya saran, coba ingat-ingat kembali sudah berapa kali Anda menyampaikan saran itu. Dua kali? Kalau begitu, jangan ulangi lagi! Jika Anda terlalu cepat memberinya saran, ia mungkin akan merasa dihakimi dan akan menutup diri.
6. Perlu strategi untuk memberi nasehat Ya, pada akhirnya Anda memang perlu memberikan saran yang baik untuk anak Anda. Hanya saja, cobalah untuk melakukannya tidak dengan cara mengkhotbahinya. Jauh lebih efektif untuk menunggu dan katakana kemudian "Mama berpikir tentang apa yang kamu katakan, dan sepertinya Mama punya beberapa ide untuk masalah kamu. Mau dengar?" Setelah itu, ikuti dengan kalimat, "Apa pendapatmu tentang ide Mama?"
7. Siapkan solusi Jika Anda termasuk orang yang menggunakan transportasi publik untuk pulang bekerja, coba kirimkan SMS atau telepon anak Anda dalam perjalanan pulang. Percakapan singkat ini akan memberi Anda gambaran singkat tentang suasana hatinya saat itu. Dengan begitu, Anda akan punya lebih banyak waktu untuk berpikir tentang apapun yang mungkin perlu Anda tangani, hadapi, atau persiapkan, untuk menghadapi si remaja Anda setibanya di rumah

Peran Pendidikan Karakter Dalam Melengkapi Kepribadian



Peran Pendidikan Karakter Dalam Melengkapi Kepribadian

“Banyak orang tahu apa yang baik, berbicara mengenai kebaikan namun melakukan yang sebaliknya”

Pada awalnya, manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara umum kepribadian manusia ada 4 macam dan ada banyak sekali teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna, tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Di atas ini adalah teori yang klasik dan sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai alat tes sampai pengukuran potensi manusia.

Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.
Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadi.  Mudah ya, penjelasan ini.
Nah, karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).

Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus DIBANGUN dan DIKEMBANGKAN secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu PROSES yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.
Banyak saya perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter Anda tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil pilihan Anda.
Ketahuilah bahwa Anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan Anda seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini.
Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda memiliki KONTROL PENUH atas karakter Anda, artinya Anda tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang buruk karena Anda yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah TANGGUNG JAWAB pribadi Anda.

Salam
Timothy Wibowo

Pendidikan Anak Usia Remaja



Pendidikan Anak Remaja. Sebagai orang tua, tugas yang paling sulit dalam membesarkan anaknya adalah pada saat anak berangkat dewasa (usia remaja). Di satu sisi anak masih berada dalam dunia kanak-kanaknya tetapi di sisi lain ia mulai masuk ke alam kedewasaan.
Suasana peralihan inilah yg sering membingungkan orang tua krn perubahan perilaku anak. Dimana anak-anak cenderung melawan kehendak orang tua. Di sinilah pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan anak terutama pada masa remaja ini.
Perubahan perilaku anak pada masa remaja ini, disebabkan anak-anak mengalami perubahan yang mencakup perubahan fisik, kognitif, sosial dan emosional. Perubahan fisik  disebabkan karena masaknya hormon estrogen pada perempuan yg ditandai dengan menstruasi pertama kalinya (menarche) dan hormon testosteron pada laki-laki yg ditandai dg mimpi basah (pollutio). Kemasakan hormon-hormon ini berpengaruh pada kematangan organ-organ reproduksi dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder.
Perkembangan kognisi remaja menyebabkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek sehingga mereka berpikir mampu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Dan perkembangan sosial membuat remaja memiliki keinginan yg kuat untuk melepaskan diri dari ikatan keluarga dan melibatkan diri dengan teman-teman sebayanya. Hal ini dilakukan untuk menemukan identitas dirinya dan mendapatkan peran sosial sebagai pribadi yang dewasa. Dan yang terakhir yaitu perubahan emosional, erat kaitannya dengan kematangan hormon yang terjadi pada remaja dan biasanya ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak.
Dalam keadaan seperti inilah sangat dibutuhkan dukungan penuh dari orang tua untuk membantu remaja mengatasi berbagai masalahnya, sehingga makin rendah remaja akan mengalami stres yang berpengaruh terhadap perubahan perilakunya. Karena banyak orang tua menyerahkan begitu saja pendidikan anak nya hanya kepada guru di sekolah.

Komunikasi Dengan Remaja

Salah satu aspek yg penting dalam proses pendidikan anak yang juga merupakan sumber rangsangan dalam membentuk kepribadian anak adalah komunikasi, baik verbal maupun non verbal. Dengan keterbukaan melalui komunikasi inilah yang dapat menumbuhkan kepercayaan anak bahwa dirinya diterima dan dihargai sebagai manusia. Sebaliknya bila tidak terjadi komunikasi yang baik maka besar kemungkinannya akan mengganggu kesehatan mentalnya.
Beberapa langkah bijak yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam pendidikan anak agar terjalin komunikasi yang baik dengan anak :

1. Jangan melarang.

Jangan melarang keinginannya, seperti ketertarikan dengan lawan jenisnya. Kita wajib mendekati preferensi seksual anak, sehingga jika ada penyimpangan disfungsi psikoseksual bisa diatasi sejak dini.

2. Menghargai pendapat mereka.

Menghargai pendapat anak antara lain dengan menjadi pendengar yang baik, sehingga mendorong anak untuk mendekat dan mencurahkan isi hatinya.

3. Jangan terlalu protektif.

Jika kita terlalu protektif terhadap anak, kita tidak akan pernah tahu dengan siapa anak kita bergaul. Karena semakin dilarang, anak semakin membangkang.

4. Menjadi teman dekatnya.

Sehingga anak akan lebih mudah mengungkapkan isi hatinya dan problematikanya. Dan sebagai orang tua kita bisa memahami, menyelami dan berintuisi dengan permasalahan yang sedang dialami oleh anak remaja kita.
Hal yang sangat penting untuk dipahami oleh orang tua dalam pendidikan anak usia remaja adalah pemahaman dan pengertian atas kesulitan-kesulitan yang dialami anak remaja kita. Anak remaja kita sangat membutuhkan pengertian dari orang tuanya bahwa ia sedang mengalami proses perubahan.
Pengertian dari orang tua inilah yang akan mendukung terjalinnya komunikasi yang positif dengan anak remaja kita. Jadi peranan orang tua lah yang merupakan faktor penentu paling besar dalam pendidikan anak pada usia remaja ini.


Detil info baca disini: http://berbinarbinar.com/tips-kesehatan/tips-kesehatan-anak/pendidikan-anak-usia-remaja.html

Jumat, 14 November 2014

http://www.tkplb.org/index.php/11-warta/73-pengembangan-pendidikan-karakter-anak-usia-dini-dalam-keluarga


PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI DALAM KELUARGA
Oleh : Cep Unang Wardaya
    1. Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini
Thomas Lickona - seorang profesor pendidikan dari Cortland University - mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah : (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2)penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.
Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda jaman tersebut sudah ada di Indonesia. Selain sepuluh tanda-tanda jaman tersebut, masalah lain yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar “tahu”).
Padahal, pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek “knowledge, feeling, loving, dan acting”. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat.

Pendidikan karakter ini hendaknya dilakukan sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak di masa dewasanya. Montessori menyebutnya dengan periode kepekaan (sensitive period). Penggunaan istilah ini bukan tanpa alasan, mengingat pada masa ini, seluruh aspek perkembangan pada anak usia dini, memang memasuki tahap atau periode yang sangat peka. Artinya, jika tahap ini mampu dioptimalkan dengan memberikan berbagai stimulasi yang produktif, maka perkembangan anak di masa dewasa, juga akan berlangsung secara produktif.
Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak (Erikson, 1968).
  1. Peran keluarga dalam Pembentukan karakter Anak
Keluarga dalam hal ini adalah aktor yang sangat menentukan terhadapmasa depan perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam kandungan. Anak yangbelum lahir sebenarnya sudah bisa menangkap dan merespons apa-apa yangdikerjakan oleh orang tuanya, terutama kaum ibu.
Menurut Megawangi (2004), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang segara optimal. Mengingat lingkungan anak bukan saja lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak - keluarga, sekolah, media massa, komunitas bisnis, dan sebagainya - turut andil dalam perkembangan karakter anak. Dengan kata lain, mengembangkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung jawab semua pihak. Tentu saja hal ini tidak mudah, oleh karena itu diperlukan kesadaran dari semua pihak bahwa pendidikan karakter merupakan ”PR” yang sangat penting untuk dilakukan segera. Terlebih melihat kondisi karakter bangsa saat ini yang memprihatinkan serta kenyataan bahwa manusia tidak secara alamiah (spontan) tumbuh menjadi manusia yang berkarakter baik, sebab menurut Aristoteles (dalam Megawangi, 2004), hal itu merupakan hasil dari usaha seumur hidup individu dan masyarakat.
  1. Keluarga sebagai Tempat Pertama Pendidikan Karakter Anak
Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB (dalam Megawangi, 2004), fungsi utama keluarga adalah”sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga, sejahtera”.
Menurut pakar pendidikan, William Bennett (dalam Megawangi, 2004), keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya.
Dari paparan ini dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah. (Latifah;2011)
  1. Pola Asuh dalam Pendidikan Karakter Anak di Keluarga
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya (Latifah;2011). Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak. Jadi gaya yang diprankan orang tua dalam mengembangkan karakter anak sangat penting, apakah ia otoriter, demokratis atau permisif.
Dari paparan di atas jelas bahwa jenis pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya sangat menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak. Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik.
  1. Nilai Karakter yang Penting Harus Ditanamkan dalam Keluarga
Ruang lingkup nilai karakter yang semestinya dikembangkan di lingkungan keluarga menurut Ratna Megawangi adalah sebagai berikut :
  1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya
  2. Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian
  3. Kejujuran
  4. Hormat dan Santun
  5. Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama
  6. Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras
  7. Kepemimpinan dan Keadilan
  8. Baik dan Rendah Hati
  9. Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
  10. 4K ( kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan)

Sedangkan menurut sumber dari Balitbang, Kementerian Pendidikan Nasional, bahwa ruang lingkup nilai moral dalam rangka pembentukan karakter yang harus dikembangkan di lingkungan keluarga adalah sebagai berikut:
  1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agamadianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
  2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orangselalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
  3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
  4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
  5. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f)Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
  1. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
  2. Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama Hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i)Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatuyang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j)Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
  1. Cinta Tanah Air: Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l)Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
  1. Bersahabat/Komuniktif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
  2. Cinta Damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
  3. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
  4. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
  5. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
  6. Tanggung-jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. (Balitbang Kemendiknas, 2010: 8)

Jumat, 07 November 2014

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama Lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. 
Menurut Zakiyah Daradjat sebagaimana dikutip Oleh Abdul Majid, Dian Andayani pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup. 
Kalau kita melihat pada sejarah pendidikan Indonesia maupun dalam studi kependidikan, sebutan Pendidikan Agama Islam umumnya dipahami hanya sebatas sebagai ciri khas jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan, sepertihalnya civil education di sekolah sering dikesankan sebagai sistem rekayasa sosial yang paling bertanggung jawab terhadap upaya mempertegas upaya multi kultural warga Negara. Pendidikan Agama Islam selama ini juga dikesankan sebagai tipe pendidikan yang bercorak dogmatis, doktriner, monolitik dan tidak berwawasan multi cultural.
Walaupun sebenarnya Pendidikan Agama Islam memang tidak bisa dipisahkan dalam perjalanan bangsa Indonesia pada sisi sejarahnya. Karena jelas Pendidikan Agama Islam berupaya mengembangkan manusia seutuhnya, bukan hanya serpian dari potensi-potensi yang diberikan oleh Tuhan kepadanya, seperti yang berlaku pada pendidikan Sparta da Athena yang didewa-dewakan oleh orang-orang sekarang. 
Pendidikan Agama Islam merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, sebelum pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan sistem sekolah pada abab ke-19. Kalau meminjam bahasanya Tilaar bahwa Pendidikan Agama Islam telah berhasil survive dalam berbagai situasi dan kondisi mengarungi masa, oleh karenanya Pendidikan Agama Islam mengandung nilai-nilai historis, nilai religius dan nilai moral. Tentunya karena Pendidikan Agama Islam berlandaskan kepada beberapa hal, yaitu : Pertama. Landasan spiritual, yang berupa nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah . Kedua, landasan filosifis yang berupa kurikulum, yang dalam pengertian luas merupakan produk ijtihad yang dapat meliputi seluruh aspek kependidikan. Ketiga, landasan operasional yang meliputi berbagai didaktik metodik, dana dan sarana serta leadership dan manajemen . Sehingga penting menjadikan Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu pendidikan alternativ, tentunya dengan membutuhkan paradigma-paradigma baru untuk meningkatkannya, antara lain dengan peningkatan manajemen pendidikan Islam itu sendiri . 
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 
Dari paparan diatas maka penulis bisa menarik kesimpulamn bahwa Pendidikan Islam dibedakan dengan istilah Pendidikan Agama Islam dan pendidikan Keagamaan Islam. Istilah Pendidikan Islam bermakna umum, mencakup dua istilah lainnya. Muhaimin menjelaskan bahwa istilah Pendidikan Islam mencakup tiga pengertian berikut : (a) pendidikan (menurut/berdasarkan) Islam, yakni pendidikan yang dipahami, disusun, dan dikembangkan menurut ajaran Islam. Jadi, sifatnya normatif. Dan dalam kerangka akademik merupakan lahan filsafat pendidikan Islam; (b) Pendidikan (Agama) Islam, yaitu upaya mengajarkan dan mendidikkan agama Islam agar menjadi way of life, baik malalui lembaga informal, nonformal dan formal. Sifatnya proses oprasional. Dalam kerangka akademik menjadi lahan Ilmu Pendidikan Islam teoritis; dan (c) Pendidikan (dalam) Islam, yakni proses dan praktek penyelenggaraan pendidikan Islam yang berlangsung berkembang dalam perjalanan sejarah umat Islam. Sifatnya sosio-historis. Dalam kerangka akademik menjadi lahan Sejarah Pendidikan Agama Islam. 
Beberapa penjelasan di atas menunjukkan bahwa ketiga istilah tersebut meskipun mirip, dalam tataran implementasi memiliki perbedaan. Istilah Pendidikan Islam sifatnya umum, menunjuk pada semua hal terkait dengan pendidikan dalam kontek Islam, baik berupa kekurangnya dalam bentuk mata pelajaran/kuliah agama Islam pada jalur, jenis dan jenjang pendidikan pendidikan dalam kontek Islam, baik berupa pemikiran, institusi, maupun tertentu. Sedangkan Pendidikan Keagamaan Islam lebih mengarah pada bentuk satuan pendidikan atau program pendidikan, yang dapat berupa pendidikan diniyah dan pendidikan pesantren.

Fungsi Pendidikan Agama Islam

Salah satu fungsi pendidikan secara umum yaitu proses memanusiakan manusia dalam rangka mewujudkan budayanya. Manusia di ciptakan dalam keadaan fitrah (Al-Qur’an). Fitrah dalam Al-Qur’an pada dasarnya memiliki arti potensi yaitu kesiapan manusia untuk menerima kondisi yang ada di sekelilingnya dan mampu menghadapi tantangan serta mempertahankan dirinya untuk survive dengan tetap berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah. 
Namun dalam dunia pendidikan, Kurikulum pendidikan agama Islam dalam sekolah berfungsi sebagai :
  • Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah di tanamkan dalam lingkungan keluarga.
  • Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
  • Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
  • Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
  • Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya munuju manusia Indonesia seutuhnya.
  • Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
  • Penyaluran yaitu untuk menyalurkana anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat di manfa’atkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

Tujuan Pendidikan Agama Islam 

Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, rasanya penulis, perlu mengutip ungkapan Berieter, bahwa pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh.
Dari keterangan di atas tadi, secara umum fungsi pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan malalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pangamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa, dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 

Ditulis Oleh : Ahmad Fawzan Rohman

Mengajar dan Belajar dengan Hati



Judul diatas mungkin bagi sebagian kalangan tampak berlebihan, atau mungkin juga dinilai sepele. Namun, paling tidak...lima kata itulah berhasil mengubah kehidupan keseharian saya sebagai dosen – yang semula merupakan hari-hari yang menegangkan, menjadi hari-hari yang menyenangkan sekaligus mengharukan. Mungkin catatan kecil ini dapat menjadi inspirasi bagi sebagian rekan yang mengalami hal serupa.

Pada saat-saat awal belajar menjadi pengajar, saya berusaha menerapkan prinsip-prinsip dan etika akademik yang pernah saya pelajari. Disiplin pribadi, ketepatan dan semangat dalam pengerjaan setiap tugas, berani menghadapi tantangan (seberat apapun), kesatria (tidak mundur sebelum perang ditempuh), jujur, terbuka terhadap kritik, dan sikap-sikap lain yang mendukung keberhasilan siswa dalam hidupnya.

Hingga sewindu pertama, strategi tersebut relatif masih ampuh; meskipun saya dinilai sebagai dosen yang galak. Siswa yang terlambat hadir atau terlambat mengumpulkan tugas, sudah pasti akan mendapatkan sanksi. Siswa yang ikut asistensi tanpa memperlihatkan kemajuan sesuai dengan yang diminta, tidak lepas dari teguran (tentu saja ditujukan untuk menyemangati yang bersangkutan). Paling tidak, hingga saat itu prinsip-prinsip tersebut menurut saya berhasil mendorong sebagian besar mahasiswa lulus dengan hasil yang baik (bahkan sangat baik). Tentu saja, sebagian besar mahasiswa baru menyadari mereka lulus.

Sejak sekitar tahun 2000an, saya merasakan perubahan karakter mahasiswa secara mendasar. Dalam rapat-rapat staf di prodi pun, muncul berbagai keluhan dari hampir seluruh dosen. Sebagian besar menggarisbawahi kondisi mahasiswa yang kurang disiplin, daya juang yang lemah, tidak tekun, tidak dapat mengelola diri dan waktu, serta sikap lain yang diperlukan bagi siswa yang mandiri.

Sebagian besar prinsip yang saya yakini sejak kecil dan telah diterapkan selama sekitar 10 tahun, mulai saat itu tampak tidak berlaku. Berbagai peristiwa datang silih berganti yang justru menjadi bumerang. Saya terlihat menjadi berlebihan, dinilai bersikap terlalu keras, cerewet, dan mencapaipuncaknya ketika saya merasa tidak match lagi dengan situasi ini. 4 (empat) kali saya berpikir untuk mengundurkan diri dari ITB...

Kegalauan hati selama lebih dari sewindu, pada suatu ketika berubah HANYA dengan mengubah sebuah premis


Semula saya selalu berpikir; mahasiswa SEHARUSNYA sudah memiliki sikap ini dan itu, saat ini saya melihat fakta APA ADANYA dan berusaha membawa mereka pada sikap-sikap yang tetap saya yakini sebagai sebuah sikap yang perlu ditanamkan (seperti telah dijelaskan dimuka). Saya menyadari, bahwa situasi global dunia yang sudah berubah, sangat berpengaruh terhadap alam bawah sadar mereka (juga kita). Dunia yang serba instan, serba cepat, serba di permukaan, serta virtual, dan bahkan mungkin suatu ketika akan melewati batas-batas ambangnya...

Saat itu, hati sya yang semula MEMPERTANYAKAN, baru sadar... dan berubah menjadi perasaan iba dengan situasi yang dialami mahasiswa saat ini. Situasi dan keseharian yang mereka jalani jauh lebih kompleks. Kehidupan keseharian yang mereka hadapi juga pasti sudah membuat mereka bingung jika tanpa bimbingan. Kita harus berempati terlebih dahulu terhadap kondisi mereka (yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya) dan berusaha menjadi pendengar yang baik sert memberikan ruang lebih banyak untuk kesabaran.

Pernahkah kita menduga, satu kritik pedas bisa membuat mahasiswa pindah prodi bahkan mengundurkan diri dari ITB? Pernahkah terbyangkan, perasaan stress karena ketika SMU selalu menjadi juara kelas dan setelah di ITB menjadi orang yang “biasa” - membuat seorang siswa menggunduli rambutnya? Yang lebih spektakuler adalah mahasiswa yang nekat hendak memotong nadinya karena tidak athu lagi untuk tujuan apa dia berada di dunia ini.

Namun sebaliknya, kita mungkin tidak juga menyangka bahwa suatu pertemuan singkat yang bermakna mampu membuat mahasiswa “lolos” dari jeratan putus sekolah. Kita bahkan mungkin tidak menyadari bahwa sebuah sapaan lembut membuat ketakutan mahasiswa lenyap saat sidang akhir yang menegangkan. Sebuah pujian bagi mahasiswa yang sedang berada di titik nadir, mungkin akan dikenang selama hidupnya. Sungguh indah dan betapa berartinya tindak tanduk dan ucapan..........sekecil apapun.

Setelah ini diterapkan, hari-hari yang semula menegangkan, kini menjadi jauh lebih dapat dinikmati. Saya justru banyak belajar dari mereka; bukan tentang substansi ilmu Arsitektur-nya, melainkan ilmu tentang kehidupan masa kini yang sudah jauh lebih kompleks...

Ketika pikiran dan hati kita MAU BERUBAH, informasi datang silih berganti; termasuk hadirnya pengetahuan-pengetahuan tentang LCE, brain-based-learning, juga film Laskar Pelangi yang menekankan pentingnya mengajar (dan belajar) dengan hati. Karena (mungkin) memang inilah jalan kita untuk berhikmat kepada semesta...


To Teach is To Hope
Mary Shaughnessy

To teach is to hope...
That one day a child will know
The meaning of confindence
And be able to touch other lives...

To teach is to pray...
That these newly brave souls will use their talents
To better the world,
instead of just themselves.

To teach is to feel...
That not all the hurts of those in our care
can be healed
But they can be soothed


by, Dhian D. (ITB lectures, awal februari 2010, tulisan ini mengingatkan diriku ketika menjadi seorang guru, bahwa mengajar dgn hati dan semata2 krn-Nya, subhanallah hasilnya begitu menakjubkan, trims buat ibu Dhian atas pencerahannya smg bermanfaat utk para pengajar)


Source : http://rustinah.multiply.com
oleh : yuni widiya

IBU

Ibu adalah sosok yang sangat bertanggung jawab sehingga kita bisa ada sampai saat ini, Ibu adalah seseorang yang begitu tegar, telaten dan sabar menghadapi tingkah kita. Dari mulai menjaga kita dalam kandungan selama 9 bulan , merawat bayi mungil yang terkadang merepotkan dan selanjutnya membimbing kita hingga bisa menyongsong kehidupan kita sendiri. Betapa agungnya gambaran jiwa seorang ibu, saat kenangan kita akan masa kanak-kanak saat bermanja dipangkuan ibu menjadi sesuatu yang bernilai untuk meluluhkan hati kita yang kian membatu dalam gemerlapnya dunia dan segala kesibukannya.

MUTIARA HATI DARI SEORANG IBU

Sayang Bunda, pada kesempatan kali ini admin akan berbagi informasi mengenai Kata Kata Bijak Ibu Tercinta nah memang kata dari seorang ibu patut kita patuhi dan dengarkan. ibu sendiri adalah orang yang paling berjasa buat kita, beruntunglah anda yang masih mempunyai Ibu sampai saat ini karena banyak saudara kita yang ditinggal ibu bahkan dari kecil belum pernah melihat Ibu Kandungnya,
Kata Kata Mutiara Ibu Tercinta - sering kali diungkapan untuk mengenang jasa dan sebagai tanda terima kasih kepada sang Ibu, kenapa sih banyak orang memuliakan sosok Ibu ? yah karena perjuangan ibu dalam mengandung, mengurusi hingga membesarkan anak sangatlah berat, tidak hanya itu juga ibu mempertaruhkan nyawa-Nya waktu dia melahirkan kita, memang martabat ibu patut kita junjung tinggi !
Kata Kata Ibu kepada Anaknya juga sangat berpengaruh, sebab Ibu merupakan orang yang paling penting dalam memberikan moral anak itu sendiri sedangkan tugas sang Ayah memberikan nafkah keluarga. secara tidak langsung si Ibu akan memberikan masukan dan didikan kepada anaknya agar kelak menjadi orang yang baik.
Nah untuk sobat semua yang sedang merindukan sang Ibu berikut akan admin berikan Kata Kata Indah untuk Ibu Tercinta :
Siapa lagi yang akan membahagiakan orang tua kalau bukan kita sebagai anak-anaknya. Fightt!!
Selalu banyak kesempatan dalam melakukan perubahan untuk kebaikan. Mulailah sejak sekarang tanpa nanti.
Hal sederhana namun bermakna, ketika ibu bilang "Beribadah itu tidak perlu menunggu susah atau senang datang
Jaga diri kamu baik-baik disana, kalau ada apa-apa, langsung kasih tau ya" Ini ialah ucapan paling romantis dari Ibu
Dan paling menenangkan saat Ibu mengatakan "semuanya pasti baik-baik saja"
"Kamu sudah makan?" "Pulang jam berapa?" adalah pertanyaan sederhana dari wujud cintanya Ibu
Ibu, izinkan aku memeluk hatimu; agar aku merasakan apa yang engkau rasakan dari sakit yang tak menangis
ibu terimakasih atas ketulusan mu merawat dan menjagaku, sesungguhnya aku takkan pernah bisa membalas semua yg pernah kau berikan untuk ku
ibu , aku rela melakukan apa aja untukmu walaupun nyawaku taruhannya , tapi aku sadar itupun belum dapat membayar semua jasamu bu
Ibu, aku janji akan membahagiakan mu :')
betapa berdosanya aku, selalu membantah perkataan ibu. sesungguhnya dengan berkata "ah" saja itu sungguh dosa yg sangat besar :"(
selamat pagi menjelang siang ibu dan calon2 ibu
maafkan aku bu, jangan ada airmata yg menetes , sungguh aku tak kuasa melihatnya
Maafkan aku ibu, karena belum bisa membalas jasa-jasa mu selama ini :')
membahagiakan kedua orang tua adalah kewajiban
hanya cinta dari ibulah yang takkan pernah pudar :")
Aku sadari slalu mmbuatmu kecewa, dan tnpa sengaja slalu menyakiti perasaanmu bu, tpi jauh dilubuk hatiku aku sangat syg dan tkt khlgn ibu .
Ibu , cinta Dan kasih sayangmu yang begitu tulus membuat hidupku terasa sangat berarti . Makasih untuk semuanya bu
ibu yg slalu ada disaat aku sedih dan terpuruk . kasih sayang ibu tak pernah pudar sampai kpnpun . i love you mom :")
ibu , meski belum bisa aku membahagiakanmu. tapi aku akan slalu berusaha membahagiakanmu. selama aku masih mampu bernafas, :")
jasamu takan pernah aku lupakan bu sampai kapan pun :')
Ibu. satu kata tapi berjuta Rasa & Kasih sayang
aku ingin menjadi sosok yg kuat seperti ibu . karna hatinya teguh dan batinnya memiliki ketegaran yang sangat luar biasa menghadapi apapun
ibu , dari rahimmu aku dilahirkan . tapi aku sering tak bisa berterimakasih , malah aku menyakitimu
Ibu selalu mendoakan yang terbaik untukku , tetapi sayang sekali aku selalu membuat Ibu kecewa :"(
kalau lagi ada masalah , curhat sama ibu itu bikin lega . pasti ada jalan keluarnya
melihat senyuman ibu , salah satu hal yang indah :))
Keinginanku sederhana, ingin slalu melihat ibu tersenyum. dan kbahagian akupun terasa sempurna bila alasan dibalik senyuman ibu adlh aku :")
bu, ntah apa jadinya aku tanpamu, maafkan aku yang slalu saja tak mendengar nasehatmu :"(
ibu , meski belum bisa aku membahagiakanmu. tapi aku akan slalu berusaha membahagiakanmu. selama aku masih mampu bernafas, :")
Ibu adalah penyemangatku yg slalu menyayangi aku dengan setulus hatinya
Betapa durhakanya aku slalu melawan perkataan ibu :"(
Ibu , maafkan segala kesalahan anakmu ini bu . Maafkan aku yg slalu mengabaikan perkataanmu
Ibu bukan aku sengaja slalu membuatmu kecewa , maafkan aku bu, aku sadar belum bisa jdi anak yg baik untuk ibu
Maaf, Bu. Kalo sampe sekarang aku cuma bisa nyusahin IBU
IBU adl orang yang sangat hebat, yang gak pernah lelah untuk membahagiakan anaknya :')
selalu berusaha membuat ibu tersenyum
Terimakasih ibuku , kaulah penyemat hidupku ... maafkan aku yg slalu menyusahkanmu
Selamat pagi wanita terhebat , selamat pagi ibuku sayang . I love you . Jangan pernah lelah membimbingku ya bu :")
Tanpa ibu , aku bukanlah siapa2 ...
Ibu tak pernah lelah untuk merawat, membesarkan, dan membimbingku , tapi aku masih aja tanpa sengaja tak menghargai ketulusan ibu
gak ada orang yg melebihi rasa sayangnya seorang IBU :')
membahagiakanmu adalah mimpi terbesarku, ibu.. :')
Memang sekarang belum bisa membahagiakan dan membuat ibu bangga, tapi aku janji suatu saat akan membhagiakan ibu
ibu ajari aku caranya ikhlas & tetap tersenyum meski hatiku terluka, dan peluklah aku sebentar saja, hanya pelukan ibu yg bsa menenangkanku
maafkan aku ibu belum bisa membahagiakanmu, malah kebonhongan dan kenakalanku yg sering aku berikan :"(
Takkan ku biarkan engkau bersedih ibuku, aku akan memberikan yg terbaik untukmu :')
setiap mengingat pengorbanan dan semua jasa ibu terhadapk , tanpa sadar slalu kuteteskan airmataku, sadar akan semua dosaku terhadap ibu
ibu , aku rela melakukan apa aja untukmu walaupun nyawaku taruhannya , tapi aku sadar itupun belum dapat membayar semua jasamu bu .
Keinginanku sederhana, ingin slalu melihat ibu tersenyum. Selamat Pagi Ibu
Doa orang tua , terutama doa ibu adalah semangat bagi kita untuk mengejar cita-cita :))
Aku hanya takut kehilangan ibu , dan tak ingin kehilangan ibu. Maafkan atas semua sifatku yg tak sengaja menyakitimu bu
Hanya tak ingin terlalu membebani ibu lagi , biarlah semua masalah dan kesedihanku aku yang tanggung sendiri :")
Hanya ibu yang tau , ketika aku menyembunyikan sedihku dibalik senyumanku :')
Ibu maafkan aku atas setiap tetes air mata yg membasahi wajah cantikmu hanya karna semua sikapku yg mengecewakanmu
Makhluk terkuat dimuka bumi ini yang gak kenal lelah, amarah, disebut IBU. Love you mom!